Pendidikan Indonesia Tertinggal 128 tahun dari Negara maju !

Sumber : youtube.com/aldyprayuda



Beberapa waktu ini saya sempat terkesima dengan fakta menarik yang sebenarnya sudah dipopulerkan sejak tahun 2018. Alkisah, saya iseng membuka Youtube untuk menonton film-film anime jepang dan tanpa sengaja saya melihat satu video yang cukup mencengangkan saya . Video itu berbicara mengenai Pendidikan Indonesia yang tertinggal dari Negara maju selama 128 tahun. Itu artinya kalau mau mengejar ketertinggalan dari Negara Maju butuh waktu sedemikian lama, itupun kalau Indonesia ingin berubah dari situasi yang terpuruk sekarang ini.
Wacana ini sebenarnya sudah ada sejak 2 tahun lalu, dipopulerkan oleh Presiden Jokowi pada saat ia berpidato untuk acara Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2018 di Jakarta. Setelah saya searching di Youtube  saja ternyata sudah banyak video tanggapan yang dibuat oleh anak-anak muda yang menganalisis wacana ini dari berbagai perspektif. Tapi wacana itu sendiri sebenarnya berasal dari salah satu peneliti di Harvard yang teorinya dikutip oleh Presiden Jokowi dalam pidatonya tersebut.
Lant Pritchett adalah Professor di Kennedy School of Government, Harvard University. Ia meneliti kualitas pendidikan Indonesia dari kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah khususnya di Jakarta. Patokan utamanya berdasarkan beberapa skill yang diuji oleh PISA (Program for International Student Assessment), semacam lembaga riset yang menilai kemampuan siswa-siswa dari seluruh dunia terkait bidang matematika, sains dan membaca. Penilaian PISA ini sendiri tidak menyeluruh semua negara yang di dunia, hanya beberapa negara yang berkeinginan ikut saja. Singkatnya Indonesia sekarang menempati urutan 64 dari 68 negara, sementara peringkat satu diisi oleh tetangga dekat kita Singapura. Cukup miris memang.
Pritchett meneliti ketiga kemampuan tersebut dan menemukan formulasi tahun yang berbeda untuk tiap kemampuan tapi secara umum hitungannya Indonesia butuh 128 tahun untuk mengejar ketertinggalan. Dari hasil penelitiannya, kemampuan akademik (matematika, sains dan membaca) orang dewasa di Jakarta itu setara dengan anak SMP di Denmark. Dan fakta bahwa lokasi penelitiannya di Jakarta lebih menyedihkan lagi karena bisa kita bayangkan bagaimana dengan kualitas pendidikan di Indonesia Timur. Prechett melihat bahkan kualitas pendidikan di Indonesia Timur jauh lebih rendah lagi dibanding Jakarta dan negara maju.
Banyak pandangan yang beredar terkait alasan pendidikan Indonesia begitu jauh tertinggal  seperti ini. Salah satunya yang ditemukan oleh Prechett adalah bagaimana anak-anak Indonesia sebenarnya mampu dan senang mempelajari bidang-bidang akademik itu. Tapi setelah diuji dengan soal-soal yang mengaplikasikan ilmu itu secara analitik ke dalam kehidupan sehari-hari, mereka jatuh kualitasnya. Dari sini memang yang bisa diperhatikan bahwa banyak orang Indonesia itu tidak tahu dan tidak dilatih untuk mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupannya sendiri. Contoh soal ini sangat banyak bertebaran. Banyak orang yang disuruh baca buku, tidak mampu mengerti isinya. Mereka mampu membaca tapi tak bisa memahami. Hal itu berdampak pada kemampuan untuk berinteraksi di dunia maya yang menuntut kemampuan literasi yang tinggi. Banyak sekali komentar-komentar yang muncul tanpa penguasaan konteks pembicaraan yang dalam. Komentar dangkal menjadi makan yang berlimpah di media sosial.
Bagi saya ini krisis pendidikan dasar. Mau tidak mau, kita harus membenahi kemampuan akademik dasar kita. Salah satu yang saya upayakan adalah membiasakan baca untuk memahami. Sehingga banyak orang yang ajak untuk belajar lagi membaca untuk memahami. Kemampuan literasi menjadi sangat penting di era informasi ini. Kalau kita tidak bisa menyerap informasi dengan kemampuan literasi yang baik, maka kita akan mudah terserap dalam ilusi-ilusi yang ditawarkan dunia yang sebenarnya menjebak kita untuk jadi bangsa tertinggal selama mungkin. Menurutmu bagaimana ?      

Komentar

  1. Iyalah, di negara lain siswa di ajarkan apa yang membuat mereka tertarik, misalnya yang ingin belajar matematika di fokuskan ke matekatika, sejarah fokusnya sejarah.
    Kalo di Indonesia siswa malah di paksakan untuk mengerti semua mata pelajaran yang di berikan guru walau bukan bidang atau minatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar itu banyak pelajaran yang justru membuat murid kewalahan. Bukannya fokus pada minat dan bakatnya. Pernah saya baca artikel, katanya pendidikan dasar itu harusnya sudah fokus pada minat murid semenjak SMP. Dari masih pendidikan menengah, murid sudah fokus pada bidang ilmu yang ditekuni dan proyeksi kerja di bidang mana agar ilmu yang dipelajari itu sesuai.

      Hapus
  2. Sistem pendidikan yang tak Bagus

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer