Sosok yang buta, bisu dan tuli tapi menginspirasi dunia !
Aku bahagia sepanjang hari
karena pendidikan telah menghadirkan
cahaya dan musik dalam jiwaku.
(Helen Keller)
Sungguh seram membayangkan seseorang mengalami kondisi tak bisa melihat (buta) yang bersamaan juga
tak bisa bicara (bisu) dan tak bisa mendengar (tuli). Tiap yang masih memiliki kemampuan-kemampuan
inderawi itu, pasti akan sangat sulit membayangkan bagaimana menjalani waktu
demi waktu. Dunia begitu gelap sekaligus hening. Semua orang tak bisa memahami
apa yang disampaikan. Kalau mungkin semenjak lahir sudah begitu, maka akan lain
ceritanya. Namun yang terjadi pada diri Helen Keller adalah dia diserang
penyakit penyempitan otak akut pada usia yang masih sangat muda.
Helen
Keller adalah penulis terkenal dari Amerika Serikat.
Kedua belas buku yang ditulisnya itu sangat populer bahkan beberapa di
antaranya menjadi literatur penting di Amerika Serikat. Ia lahir pada 27 Juni
1988 dan meninggal pada 1 Juni 1968. Selama hidupnya, ia berkarya untuk
orang banyak di Amerika Serikat. Walaupun sejak umur 18
bulan ia menjadi buta, bisu dan tuli, tapi dalam waktu beranjak dewasa
Helen bisa
menguasai Bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin. Dia menjadi tuna
rungu dan
tuna netra pertama yang lulus dari Universitas Harvard. Selain itu, Helen juga
banyak bekerja untuk kemanusiaan dan
bersuara untuk kepentingan banyak orang terutama kelompok tuna rungu dan tuna netra sepertinya.
Tidak bisa dibayangkan, orang yang mengalami kondisi seperti
itu bisa mencapai prestasi hidup yang sedemikian fenomenal. Dalam buku
autobigrafinya, The
Story of My Life, yang sudah diterbitkan ke lebih dari 50 bahasa, Helen menyadari bahwa orang yang membawa cahaya bagi
hidupnya adalah guru yang setia mendampinginya, Anne Sullivan.
Pada mulanya, Helen mengalami gejolak diri yang hebat,
karena ia tidak mampu melihat dunia, lalu tidak mampu berkomunikasi dengan
siapapun. Ia bisa merasakan orang-orang yang hadir di sekitarnya tapi mereka
semua tak bisa dipahami. Sampai akhirnya Anne Sullivan yang membawa terang bagi
hidupnya yaitu pendidikan. Nona Sullivan, begitu sapa Helen, yang mengajarinya
untuk menguasai bahasa isyarat dan mengenal huruf Braille, seperangkat alat baca untuk orang tuna netra.
Melalui sastra-sastra dunia yang
dibaca
olehnya, Helen mampu berkelana ke dunia luas.Tandasnya, “Pengetahuan
adalah
cinta, cahaya dan juga wawasan.” Walaupun begitu, ia bukannya tidak
mengalami
kesulitan dalam hidup. Misalnya, bagaimana ia hidup dan belajar
khususnya di
perguruan Tinggi yang tidak ramah dengan difabilitas. Namun Helen
sendiri tidak
menyalahkan sistem dan orang-orang di dalamnya, karena memang di masa
hidupnya,
semua orang terbiasa hidup dengan orang yang berkemampuan sama. Ia
merasa sudah
cukup puas karena ia bisa melampauinya. Meski, ia harus hidup dalam kondisi sulit, namun ia bertahan dengan berbagai situasi yang tidak mendukung, karena ia
menyadari bahwa pendidikan merupakan jalan yang membuat hidup lebih
baik.
Helen menyadari bahwa tak guna mengutuk kehidupan yang
tidak bisa dikendalikan olehnya. Karena kesabaran dari Anne Sullivan, ia bisa
diajari cara berkomunikasi dengan orang hingga begitu banyak hal bisa dicapai
olehnya. Helen mampu menjalani hidup yang sulit karena ia menyadari bahwa hidup
yang penuh derita, dibarengi juga dengan kemampuan untuk melampauinya. Helen
adalah bukti bahwa hidup bisa terus dijalani, asalkan orang tidak terjebak pada
sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. Helen adalah bukti bahwa orang bisa
berhasil asalkan menikmati manisnya ilmu pengetahuan, tanpa perlu takut
kelihatan bodoh dan lemah. Ia menerima kekurangannya dan berdamai dengan dunia
yang awalnya kelihatan seram itu.

Komentar
Posting Komentar