Berguru lewat tulisan
Hidup di daerah dengan tingkat literasi yang rendah membawa tantangan tersendiri. Salah satu yang paling jelas adalah kita memiliki kesulitan untuk menemukan penulis hebat dari daerah kita sendiri. Sebenarnya bukan karena tidak ada, tapi karena minat baca masyarakat yang rendah, membuat media massa pun enggan untuk mempopulerkannya. Hal ini memang memunculkan tantangan besar, selain kita yang senang belajar harus sering menerima ejekan sebagai orang yang kutu buku, tapi juga kita kesulitan untuk mencari guru secara langsung. Orang dengan kesenangan pada literasi yang berada pada masyarakat seperti ini, cenderung mendapat ejekan karena kelihatan spesial, padahal di daerah dengan literasi tinggi adalah suatu hal biasa kalau bertemu dengan orang yang membawa buku. Sementar di daerah dengan literasi rendah, orang seperti itu akan mendapat cemooh.
![]() |
| sumber : badungkab.go.id |
Satu-satunya yang bisa dilakukan oleh orang yang ingin terus
belajar di tengah masyarakat dengan literasi rendah adalah berguru melalui
tulisan. Kita bisa mencari buku hebat dengan mencari di internet. Biasanya di
kanal google misalnya kita akan
menemukan dengan mudah daftar buku-buku penting yang pernah dibaca banyak
orang. Ukurannya adalah bahwa orang-orang sukses di dunia ini memberi rujukan
ke buku-buku itu. 100 books to read before
you die misalnya, daftar buku-buku fenomenal yang ditulis oleh para filsuf
mulai dari kuno sampai modern, lalu tokoh-tokoh sastra dan para peraih nobel di
bidang lainnya. Daftar seperti ini berguna untuk orang-orang yang kebingungan
untuk mencari tulisan yang berkualitas.
Cara berguru lewat tulisan sudah menjadi hal yang biasa,
tidak perlu sampai ke hal-hal yang berbau literasi, bahkan hal-hal yang tidak
ada sangkut paut dengan sastra juga, seperti bisnis misalnya kita bisa melihat
para pemimpin perusahan besar selalu membiasakan untuk berguru lewat tulisan.
Bill Gates, pemimpin perusahan Microsoft yang terkenal itu, biasa membaca satu
buku per minggu. Orang-orang seperti itu biasanya melihat buku sebagai sumber
inspirasi, karena buku yang memaparkan pendapat terbaru mengenai konteks masa
kini. Tentu ada standar yang perlu diperhatikan seperti buku yang terbit 10
tahun terakhir. Menariknya, mereka ini tidak berguru melalui orangnya langsung,
tapi hanya melalui tulisan.
Gabriel Garcia Marquez, seorang penulis Amerika Latin yang
terkenal itu juga mencurahkan pengalamannya dengan salah guru yang berpengaruh
baginya. Dalam buku Menulis itu Indah,
sebuah kumpulan tulisan yang berisi catatan pengalaman para penulis besar
dunia, Marquez bercerita tentang perjumpaannya dengan Ernest Hemingway. Bagi
yang belum tahu, Hemingway ini adalah penulis buku yang pernah meraih anugerah
nobel sastra.
Marquez bercerita pengalamannya dengan gurunya itu hanya
waktu suatu sore di Paris. Saat itu ia sementara melihat Hemingway melihat di
seberang café yang ia duduki. Ia bingung harus berbuat apa dan tanpa ingin
merusak momen itu sebab sebelumnya ia sudah banyak belajar dari tulisan-tulisan
Hemingway. Dengan gaya seperti tarzan, Marquez kemudian hanya berteriak dari
dari luar café, “Maestrooo” yang
artinya Guru. Hemingway yang mendengar itu, hanya menengok dan mengangkat
tangan kanan dan berteriak, “Adios, Amigo
!” yang artinya “Selamat Jalan Sobat”. Marquez tidak pernah berguru
langsung, ia hanya belajar banyak hal dari tulisan gurunya itu seperti teknik
memainkan kalimat menarik sampai bagaiman membuat pembaca terbius dengan
tulisannya.
Saya sendiri mengalami seperti itu. Beberapa kali penulis
hebat yang saja jumpai, merasa aneh dengan tingkah saya. Karena mereka belum
pernah berjumpa dengan dengan saya tapi saya sudah bersikap SKSD (Sok Kenal Sok Dekat). Saya sebelumnya
sudah mengagumi karya tulis mereka dan banyak belajar darinya sehingga sudah
terlanjut meresa dekat walau hanya lewat tulisan. Beberapa jadi akrab dengan
saya tapi tak jarang saya mungkin dianggap aneh dan malah tidak awkward.
Sekarang ini dalam konteks dengan literasi rendah, mau tidak
mau kita hanya bisa berguru lewat tulisan. Memang akan selalu ada yang
mencemooh. Tapi tiap ejekan tidak usah dipedulikan dan terus melanjutkan
kesenangan untuk menulis dan membaca. Ingat saja, pada dasarnya semua
orang-orang hebat di dunia memiliki kesenangan untuk terus belajar. Bukan tidak
mungkin, kedepannya kita akan jadi sehebat mereka kalau kita terus belajar.


Tulisan bagai gelombang yg membaca pembaca hanyut di dalamnya.. mantap sekali,
BalasHapusTulisan memang selalu membuat takjub, asalkan kita mau dibuat takjub olehnya. Terima kasih untuk apresiasinya.
Hapus