Jangan cuma menguasai satu ilmu !



Waktu itu saya masih S1. Masih dikelilingi dengan semangat yang saat itu aku belum tahu kalau memang itu semangat poskolonial. Aku baru belajar untuk mencintai buku. Akhirnya aku membeli buku yang judulnya menarik karena bicara tentang bagaimana sesungguhnya dunia Barat itu sangat berhutang pada kerajaan-kerajaan Islam yang sangat terbuka dengan ilmu pengetahuan. Hampir sama nasibnya dengan buku-buku level tinggi yang serupa, buku itu nanti kupahami setelah saya lulus S2. Itupun saya belum berani berjanji bahwa sudah sepenuhnya paham.
Buku itu berjudul “Cahaya dari Timur : Peran Ilmuwan dan Sains Islam dalam membentuk Dunia Barat” karangan dari John Freely, seorang fisikawan yang belakangan lebih fokus ke sejarah sains. Itulah yang membuatnya akhirnya ia meneliti tentang sejarah sains masa abad pertengahan di Eropa ketika benua itu diselimuti agama yang menumpulkan kreativitas manusia. Dunia Islam melalui kerajaan-kerajaan yang berkuasa di abad pertengahan itu mencapai kemajuan tertinggi karena kemampuannya menyerap kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani.
Pada masa inilah semua buku-buku filsafat dan pengetahuan Yunani kuno masuk ke daerah Asia. Jadi sebenarnya bukan dunia barat yang pertama kali merasakan manisnya ilmu pengetahuan dari Yunani tapi daerah Arab yang menikmatinya terlebih dahulu. Bahkan seperti yang dikatakan oleh John Freely dalam buku itu, bahwa orang-orang Eropa bukannya menerjemahkan teks-teks itu dari Yunani ke Latin tapi sebenarnya mereka menerjemahkan dari Bahasa Arab ke Bahasa Latin dengan bantuan dari para penjelajah yang sudah paham bahasa-bahasa itu.
Para Ilmuwan Islam pada waktu itu, banyak menimba ilmu yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti di Yunani kuno yang sebenarnya didapat dari daerah Timur Tengah kuno seperti Mesopotamia dan Mesir kuno. Sistem penghitungan waktu dan kalender adalah contohnya. Yang menarik dari masa itu seperti disaksikan melalui penelitian dari John Freely, adalah kemampuan dari para ilmuwan Islam yang tidak hanya mengetahui satu bidang tapi menjadi orang yang ahli dalam banyak bidang seperti matematika, agama, astronomi dll. Inilah yang disebut sebagai polymath, orang yang mempunyai minat untuk mengembangkan ilmu dalam banyak bidang sekaligus.
Sampai disini saya ingin memberi penekanan bahwa kemampuan seperti ini sangat dibutuhkan dalam era sekarang. Saya sendiri kagum kalau ternyata para ilmuwan Islam mampu menjadi seperti itu. Tapi saya yakin kalau dibiasakan maka orang zaman sekarang pun bisa seperti itu. Kuncinya adalah keinginan untuk belajar terus dan tidak pernah kenyang dengan ilmua. Barangkali untuk istilah di zaman jejaring sekarang ini, orang itu perlu memiliki kemampuan untuk menghubungkan berbagai bidang ilmu dan belajar secara kritis darinya. Dari semua kemampuan atau skill yang dibutuhkan di abad ini, seluruhnya menuntut orang untuk tidak hanya menguasai satu bidang. Perlu belajar berbagai bidang dan menghubungkannya untuk menyelesaikan persoalan era ini yang makin hari makin kompleks.

Komentar

  1. Tulisan yang bagus, seharusnya dapat menjadi acuan bagi para pengejar ilmu pengetahuan. Meskipun saya bukan salah satu dari orang-orang gila yang menuangkan skillnya pada ilmu pengetahuan, bahkan sampai menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan, namun saya penasaran bagaimana gaya belajarnya mereka? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di zaman itu, Kerajaan Islam memiliki koleksi perpustakaan terlengkap di seluruh dunia. Beberapa koleksinya masih tersimpan rapi di beberapa perpustakaan universitas besar di Eropa dan Amerika serikat. Dari situ bisa dilihat bahwa salah satu keunggulan mereka adalah budaya literasi yang tinggi. Mereka punya kelompok-kelompok studi yang didukung dan diberi kebebasan oleh penguasa sehingga ilmunya bisa berkembang dengan baik. Mungkin ini gaya belajar yang mendukung mereka sampai bisa jadi seperti itu.

      Hapus
    2. Fasilitas yang mendukung ya?
      Enak sih wkwk, pantas saja mereka bisa seperti itu

      Hapus
    3. Sekarang kita punya internet sebagai perpustakaan terbesar yang pernah ada di dunia. Hanya perlu etos belajar yang lebih saja untuk bisa menyerap informasi dengan kritis darinya.

      Hapus
  2. Keilmuan dan permasalahan yg semakin kompleks membuat kita harus punya usaha yg lebih dari pd mereka...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali ustadz. Masalah kita berbeda dari mereka, sehingga kita juga perlu menanganinya dengan pendekatan berbeda yang kita kreasikan sendiri dengan kritis.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer