Menghayati ritual (gila) menulis
Baik mari kita perjelas. Rupanya ini memang gila. Bukannya
apa, dengan keyakinan penuh mendirikan Padepokan ONOA dan melantik diri sendiri
menjadi pengasuhnya. Tanggung jawabnya rupanya menakutkan dan lumayan
menyakitkan. Demi mewujudkan One Night
One Article, saya harus bangun jam 3 subuh tiap hari. Itupun kalau aku bisa
tidur sebelum jam 12 malam. Kalau sudah lewat tengah malam, aku jadi takut
tidur. Takut kelewat jamnya dan padepokan bisa runtuh. Tapi rupanya aku masuk
ke dalam sebuah labirin menulis yang tiada akhir. Aku mungkin akan tersesat
tapi ini merupakan panggilan jiwaku. Kalau tersesat, aku ingin tersesat seperti
ini.
Situasinya begini. Awalnya saya yang terinspirasi dari
seorang Peneliti yang membuat ritual mingguan untuk menulis artikel. Aku
memberanikan diri membuat ritual menulis harian. Dengan semangat ini, aku bisa
menjalaninya. Namun ternyata menulis saja tidak cukup. Syarat utama untuk
menulis adalah membaca. Aku bisa saja menulis terus tiap malam. Tapi tanpa
bacaan baru tiap hari, hampir bisa dipastikan, tulisannya akan garing dan
membosankan kalau tidak berputar-putar pada isi yang sama dengan pembahasaan
yang berbeda. Inilah letak labirinnya, setelah memulai ritual menulis, saya
juga harus memulai ritual baru yaitu membaca. Karena satu syarat menulis adalah
bukan hanya berputar-putar pada satu model tulisan saja misalnya blog, maka
saya juga harus mencoba model tulisan lain yaitu tinjauan buku. Lalu masih
banyak jenis tulisan lain seperti opini media massa, jurnal, artikel dalam
buku, artikel konferensi dll. Rupanya semua orang yang mumpuni dalam menulis di
media-media itu adalah pembaca ulung.
Dengan demikian, menulis membuat saya masuk dalam labirin
syarat-syarat ritual lain. Awal mulanya saya harus memberanikan diri untuk
nekat lagi menjadi seorang pembaca yang dispilin. Menyelesaikan satu buku tiap
hari. Ini juga gila. Tapi memang butuh kedisiplinan tinggi. Keseriusan dan
ketekunan diuji dengan sungguh. Saya sebenarnya sudah punya bayangan untuk
ritual lain yang harus saya mulai lagi. Tapi untuk sekarang, ritual baru ini
sudah cukup menyita waktu. Nanti kalau saya sudah bisa membiasakan diri menjadi
pembaca ulung mungkin ritual baru perlu dibuat. Jadi tantangannya sekarang,
mempertahankan ritual yang sudah dilakukan sambil menambah ritual baru. Sebagai
orang Kristen yang tidak terlalu saleh, saya rasa sekaranglah saatnya untuk
memanjatkan doa agar saya kuat menjalani kehidupan yang menyenangkan nan
menyakitkan di awal ini. Kamu sih cyin, bikin aku pengen gituan !

Komentar
Posting Komentar