Who am I (Efek Gobalisasi)

Mungkinkah kalau mengetahui jati diri kita, maka kita akan mengetahui tujuan hidup kita? Apakah di zaman sekarang ini, pertanyaan-pertanyaan seperti ini dimungkinkan untuk dijawab?
Saya masih bertanya-tanya, apakah pertanyaan seperti ini pernah terlintas secara jelas di benak kita. Kata para ahli, manusia mengalami satu masa dalam hidupnya yang “memaksa” dirinya untuk mencari jati dirinya yang sesungguhnya. Saya juga tidak yakin apakah masa itu hanya salah satu masa dalam hidup manusia atau itukah yang menjadi tujuan hidunya. Yaitu mencari tahu siapakah saya ini?
Zaman sekarang ini, banyak orang berkata inilah zaman globalisasi. Zaman dimana batasan-batasan yang ada mulai hilang. Zaman dimana batasan-batasan ruang sudah tidak terpakai lagi. Munculnya internet, transportasi yang sangat lancar entah dari laut, udara ataupun darat, d.l.l. sungguh membuat segala batas semakin tipis. Apalagi sekarang sudah banyak jaringan-jaringan social yang memungkinkan semua orang di dunia ini berhubungan satu sama lain seperti Facebook, Twitter, Myspace, Yahoo Messenger, d.l.l. Singkat kata semua serba dipersingkat dan tentunya dipermudah.
Tentu hal-hal yang di atas membawa banyak keuntungan bagi kita. Segala usaha yang kita lakukan untuk menjadi sesuatu yang berarti entah bagi diri sendiri ataupun orang lain semakin dimudahkan. Karena segala usaha kita dapat dibantu oleh orang lain di belahan dunia lain dengan perbedaan waktu luar biasa dengan cara yang luar biasa. Itu baru beberapa hal yang saya ketahui berkaitan dengan hal positif dari globalisasi, barangkali ada ratusan bahkan jutaan hal positif dari globalisasi yang belum saya ketahui.
Tetapi dari semua hal positif di atas apakah pernah terlintas di pikiran kita akan dampak negatif dari globalisasi yang disebut-sebut di atas? Saya kira ada! Yang paling kehilangan bagi saya adalah Kehilangan Jati Diri!
Kebebasan yang besar, pergaulan antar manusia yang sangat dimungkinkan. Menghasilkan kita pribadi yang mudah menjadi pribadi yang ikut-ikutan saja. Ini semua terjadi tentu saja jika kita tidak mengikat diri pada “akar” kita. Akar disini saya bermaksud mengatakan asal mula kita, sejarah leluhur kita. Sejarah dari orang-orang yang mendahului kita. Yang sekarang sudah dianggap kolot atau kerennya disebut NGGAK GAUL! Hahahahaha….
Iniliah mentalitas anak muda sekarang. Mudah sekali dan dengan bangga kita memakai hal-hal yang berbau import  seperti Planet Surf atau merk-merk yang lain yang diimpor dari luar negeri. Padahal kita mempunyai kekayaan yang tidak kalah dengan hal-hal yang diimpor dari luar tadi. Masih banyak hal-hal seperti Batik, tarian, atau cara berpikir sederhana yang hidup selaras dengan alam semesta yang tidak dimiliki oleh dunia barat yang sebenarnya dicari-cari dan digembar-gemborkan oleh dunia sekarang ini yang berwujud anti Global Warming.
Ini mungkin baru sedikit hal yang saya kemukakan berkaitan pokok yang saya ingin sampaikan. Saya ingin mengajak kita semua mempertanyakan diri kita. Who am I? Siapa saya? Saya berasal dari mana? Saya berasal dari suku apa? Saya mempunyai leluhur siapa? Apakah yang menjadi ciri khas dari kampong saya ini? Apakah saya mengetahui dengan jelas kampung tempat saya tinggal? Ini semua agar kita semua tidak tercabut dari “akar” kita.

Yan O. Kalampung
Winenet Satu – Kota Bitung, 19-Juni-2011

Komentar

Postingan Populer