Untuk apa Menulis?
Untuk apa menulis?
Oleh : Yan O. Kalampung
PERTANYAAN itu memang cukup sederhana tapi memancing banyak jawaban. Karena menulis adalah sesuatu yang biasa dan bisa dilakukan dengan mudah sebab biasanya telah diajarkan sejak masih di bangku Sekolah Dasar. Bisa jadi orang memiliki motivasi untuk menulis, supaya dikenal orang (karena ada suatu anggapan yang beredar bahwa menulis adalah sesuatu yang sulit dan sebab itu, siapapun yang banyak menulis adalah orang yang pintar), untuk memenuhi tugas kuliah, supaya pemikiran kita abadi, dll.
Saya ingin menyoroti pemikiran atau boleh dibilang motivasi dari orang menulis tentang sesuatu agar dapat dikenal orang. Mungkin kita perlu menyelidik apa yang menjadi penyebab sehingga muncul pemikiran/motivasi seperti itu. Saya punya kenalan, ia adalah seorang pejabat di lingkungan Gereja.
Suatu kali ia berkata kepada saya : “Kalau mau membuat tulisan buatlah tulisan yang hidup. Artinya, buatlah tulisan yang diperlukan era sekarang seperti isu-isu yang berkembang belakangan ini.”
Ucapannya itu memang baik menurut saya. Belakangan ia menambahkan bahwa contoh tulisan yang tidak hidup adalah salah seorang temannya yang berkuliah di Salatiga menulis tentang Terpasungnya Agama Islam Tua. Saya sendiri belum membaca tulisan dari temannya tersebut, namun barangkali saya dapat berkata bahwa ia belum memahami tulisan yang hidup itu yang bagaimana atau mungkin ia hanya menyimpulkan tulisan yang hidup itu secara sempit.
Bulan lalu saya membeli tulisan dari dia tentang kebudayaan. Ia hanya melihat tulisan dari temannya itu secara sepihak, terlihat jelas dari ucapannya bahwa tulisan yang hidup itu dipahami secara sempit. Ia belum membaca tulisan tentang Agama Islam Tua tapi sudah menyimpulkan bahwa itu bukanlah tulisan hidup. Tulisannya sendiri harus diperiksa kembali menurut saya karena tidak jelas dalam mempergunakan metodologi. Tidak jelas isinya dan hanya sembarangan melantur.
Inilah menurut saya contoh orang yang menulis dengan motivasi supaya dikenal. Agar supaya tulisannya laku, maka ia menjelekkan tulisan orang lain. Memang ini adalah suatu upaya bisnis tapi apakah memang harus seperti itu? Tentu ketika menjelekkan tulisan orang lain, maka harus jelas juga mengkritik diri sendiri.
Bagi saya, ketika kita menulis hanya untuk supaya dikenal itu tidak cocok pada tempatnya sekarang ini. Karena orang lain lebih membutuhkan hal yang berguna bagi mereka daripada sekedar mengenal orang yang suka dikenal. Kalau misalnya melakukan sesuatu dengan pamrih, apakah itu cocok untuk dihargai? Inilah yang menjadi pelajaran bagi kita sekarang, janganlah menulis hanya untuk dikenal orang lain dan dalam ruang lingkup lebih luas, janganlah berbuat sesuatu hanya untuk supaya dihargai oleh orang lain.

Komentar
Posting Komentar